Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa misteri terbesar di alam semesta adalah otak manusia. Menariknya, salah satu ilmuwan yang berpendapat seperti itu adalah Dr Eric Kandel — penerima Nobel bidang kedokteran dan obat-obatan pada tahun 2000 atas risetnya mengenai cara kerja otak manusia untuk pembentukan memori dan proses belajar (memory and learning). Beliau adalah Profesor Ahli Saraf yang bekerja di Colombia University dan Howard Hughes Institute. Menurut logika umum, Dr Eric Kandel pasti adalah orang yang paling memahami bagaimana cara otak manusia bekerja, tetapi uniknya beliau menyatakan otak adalah misteri terbesar di alam semesta.
Otak manusia beratnya hanya sekitar 1,5 kg atau kisaran 2% – 2,5% dari berat tubuh manusia, tetapi menyerap 20% hingga 80% energi yang dihasilkan pembakaran tubuh. Otak manusia tersusun dari sel-sel otak yang berukuran sangat kecil disebut neuron. Sebagian neuron di dalam otak manusia bertugas untuk menjaga dan mengendalikan aktivitas organ tubuh, sebagian lainnya berperan di dalam pembentukan emosi, dan sisanya menjalankan fungsi luhur otak, yaitu berpikir logis-analisis-sintesis. Neuron sendiri tidak hanya terdapat di dalam otak, melainkan di seluruh organ tubuh dalam wujud sel saraf.
Di dalam QS At-Tin ayat 5, Allah SWT menandaskan bahwa manusia telah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Dengan 100 milyar neuron yang dimilikinya, otak manusia adalah maha karya sempurna dari Sang Khalik dengan potensi kemampuan hampir tidak terbatas. Rahasia untuk menggali potensi kehebatannya adalah dengan membentuk hubungan antar neuron sebanyak-banyaknya. Semakin banyak hubungan antar neuron yang terbentuk di dalam otak kita, semakin dahsyat kecerdasan yang kita punyai.
Albert Einstein yang kerap ditahbiskan sebagai manusia paling jenius yang pernah hidup, otaknya diambil dan kemudian diawetkan hanya 7,5 jam setelah kematiannya. Saat wafat pada tahun 1955 dalam usia 76 tahun, dokter yang mengautopsinya Thomas Stoltz Harvey, sengaja menyimpan organ otaknya. Sang dokter mengiris-iris otak Einstein, kemudian menyelidikinya di bawah mikroskop. Ia juga memotretnya dari berbagai sudut pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar